Satunusanet.com, Jakarta – Yayasan Rumah Budaya Michiels sukses menyelenggarakan pentas budaya “Malam 24 di Roemah Toegoe” yang unik dan penuh makna. Acara ini mengangkat tema “Meniti Literasi, Menata Budaya” sebagai bentuk apresiasi terhadap penetapan Bahasa Kreol (Portugis) Tugu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) dari Jakarta pada 22 Desember 2024.
Menghidupkan Kembali Tradisi Natal di Kampung Tugu
Ketua Yayasan Rumah Budaya Michiels, Lisa Michiels, mengungkapkan harapannya agar acara ini dapat diadakan setiap tahun sebagai upaya pelestarian budaya Jakarta, khususnya budaya asli Kampung Tugu. “Kampung Tugu telah memiliki 4 Warisan Budaya Tak Benda yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek, yakni musik Keroncong (dari) Tugu (2016), Tradisi Rabo-rabo, Tradisi Mande-mande (2019) dan Bahasa Kreol (Portugis) Tugu (2024),” ujar Lisa.
“Malam 24 di Roemah Toegoe” bertujuan untuk menghidupkan kembali tradisi Malam Natal di Kampung Tugu yang perlahan memudar. Dahulu, warga Tugu setelah beribadah di Gereja Tugu akan melakukan “naro kembang” ke makam leluhur, dilanjutkan dengan makan malam bersama dengan menu khas seperti gado-gado, sped, dan sup brenebon. Tradisi ini juga melibatkan doa bersama dan saling mengunjungi dengan ucapan salam dalam Bahasa Kreol Tugu. Namun, seiring perkembangan Kampung Tugu, tradisi ini semakin sulit dilakukan.
“Malam 24 di Roemah Toegoe” menjadi wadah bagi warga Tugu yang kini tinggal jauh dari kampung halaman untuk berkumpul dan saling bertemu. Acara ini diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan wisata sejarah dan budaya di Kampung Tugu, yang telah ditetapkan sebagai salah satu Jaringan Desa Wisata oleh Kemenparekraf.
Pentas Budaya Meriah dengan Nuansa Kental Budaya Tugu
Pentas budaya “Malam 24 di Roemah Toegoe” menyuguhkan deretan penampilan menarik yang memukau para pengunjung. Penampilan utama dari Krontjong Toegoe dan Krontjong Muda Indonesia membawa alunan musik keroncong klasik dan modern yang memikat.
Selain itu, pengunjung juga dimanjakan dengan penampilan OK Irama Jakarta, Gambang Kromong dengan drama musikal tentang kejayaan Sunda Kelapa, Komunitas Kebaya Menari dengan keindahan dan keanggunan gerakannya, dan Samsara Ntrya yang menampilkan dua tarian “Topeng” dan “Topeng Gegot”.
Puncak acara dimeriahkan dengan penampilan “The Force band” dan bintang tamu “Marjinal” yang membawakan syair sholawat dalam lagu “Malam Kudus”. Yang unik dan menarik adalah Ibadah Natal sederhana dengan iringan musik Keroncong dan narasi Natal dalam Bahasa Kreol Portugis Tugu.
Kolaborasi Museum Sejarah Jakarta dan Living Museum Roemah Toegoe
Acara “Malam 24 di Roemah Toegoe” kali ini menjadi istimewa dengan kolaborasi Museum Sejarah Jakarta dan Living Museum Roemah Toegoe. Kolaborasi ini menampilkan Macina, alat musik mirip ukulele dari Kampung Tugu, yang merupakan koleksi kedua museum.
Dukungan dari Berbagai Pihak
“Malam 24 di Roemah Toegoe” mendapat dukungan penuh dari Sudin Kebudayaan Jakarta Utara dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Ibu Titik Lestari.
Lisa Michiels menekankan bahwa langkah kecil yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Budaya Michiels dapat menginspirasi kampung-kampung budaya di Jakarta untuk berkontribusi positif dalam perjalanan Jakarta sebagai kota global. Kampung Tugu, sebagai salah satu kampung tertua di Jakarta, merupakan cikal bakal alkulturasi budaya Jakarta yang kaya dan beragam.
Acara “Malam 24 di Roemah Toegoe” tidak hanya menjadi perayaan Natal yang unik, tetapi juga menjadi wadah apresiasi terhadap seni dan budaya Indonesia, khususnya budaya Betawi. Acara ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan budaya bangsa. Semoga acara ini dapat menginspirasi berbagai pihak untuk mendukung pelestarian budaya di Jakarta dan menjadikan Kampung Tugu sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik.
Reporter: Johan Sopaheluwakan