Jakarta, satunusanet.com – Dunia sains telah memecahkan misteri identitas Jack the Ripper dengan penelitian air mani. Seperti yang diketahui para penggemar kisah Jack the Ripper, tokoh ini dikenal sebagai sosok pembunuh berantai yang meneror jalanan london pada tahun 1800-an.
Lebih dari satu abad, identitas Jack the Ripper masih menjadi misteri dan identitasnya tidak terungkap. Tapi kini, ilmuwan mengungkapkan identitas Jack the Ripper dengan menggunakan analisis genetik.
Aaron kosminski seorang tukang cukur Polandia berusia 23 tahun sebenarnya telah ditetapkan sebagai tersangka utama lebih dari 100 tahun yang lalu. Kemudian hasil analisis yang tidak diterbitkan resmi juga menunjuk Kominski.
Hasil analisis tidak resmi itu, digunakan dalam sebuah buku tahun 2014 oleh pengusaha Inggris dan peneliti Ripper, Russell Edwards.
Namun, para kritikus mengatakan bukti tidak cukup kuat, hingga akhirnya kasus tersebut ditutup tanpa diketahui siapa sebenarnya Jack the Ripper.
Namun ternyata, misteri tersebut masih berlanjut. Analisis genetik kemudian dilakukan dengan menggunakan mengambil sampel dari selendang sutra bernoda. Selendang tersebut dikatakan penyelidik dahulu ditemukan di sebelah mayat Catherine Eddowes, korban keempat pembunuhan pada tahun 1888.
Investigasi forensik tersebut telah diterbitkan dalam Journal of Forensic Sciences dengan judul “Forensic Investigation of a Shawl Linked to the ‘Jack the Ripper’ Murders.” Analisis tersebut akhirnya mengungkapkan identitas pembunuh berantai yang menjadi misteri lebih dari 1 abad itu.
“Sepengetahuan kami, ini adalah studi paling maju hingga saat ini mengenai kasus ini,” tulis penulis penelitian dalam laporannya.
Seperti diketahui, Jack the Ripper diyakini telah membunuh setidaknya lima wanita di distrik Whitechapel London antara Agustus dan November 1888. Sekarang peneliti Jari Louhelainen dan David Miller menjalankan tes genetik pada selendang sutra yang bernoda
Selendang itu berbintik yang diklaim sebagai jejak darah dan air mani yang diyakini berasal dari si pembunuh. Empat wanita lainnya di London juga dibunuh dalam waktu 3 bulan dan pelakunya tidak pernah dikonfirmasi hingga saat ini.
Ini bukan pertama kali Kosminski dikaitkan dengan kasus tersebut, tetapi ini adalah pertama kalinya bukti DNA mendukungnya.
Tes genetik pertama pada sampel selendang dilakukan beberapa tahun yang lalu oleh Jari Louhelainen, seorang ahli biokimia di Liverpool John Moores University di Inggris. Tapi dia mengatakan dia ingin menunggu keributan mereda sebelum dia menyerahkan hasilnya.
Penulis Russell Edwards, yang membeli selendang pada tahun 2007 dan memberikannya kepada Louhelainen, menggunakan hasil tes itu. Hasil yang tidak dipublikasikan untuk mengidentifikasi Kosminski sebagai pembunuh dalam sebuah buku 2014 berjudul Naming Jack the Ripper.
Akan tetapi para ahli genetika mengeluh pada saat itu bahwa tidak mungkin untuk menilai klaim tersebut. Hal itu karena hanya ada sedikit rincian teknis tentang analisis sampel genetik dari selendang itu yang dapat diperoleh.
Hingga kemudian penelitian terbaru ini mampu memperjelas hasil analisis sebelumnya dengan metode yang lebih canggih dan sistematis. Tes membandingkan fragmen DNA mitokondria yaitu bagian DNA yang hanya diwariskan dari satu ibu.
Fragmen tersebut diambil dari selendang dengan sampel yang diambil dari keturunan Eddowes dan Kosminski yang masih hidup saat ini.
Hanya saja hasil uji tersebut masih disangkal beberapa kritikus yang mengatakan bahwa seharusnya uji DNA hanya digunakan untuk mengecualikan tersangka bukan untuk menentukan tersangka.
Dengan kata lain, DNA mitokondria dari selendang bisa dari Kosminski, tetapi mungkin juga berasal dari ribuan yang tinggal di London pada saat itu.
Temuan penelitian ini mungkin tidak memuaskan para ahli Ripper lainnya yang mengatakan selendang itu mungkin telah terkontaminasi selama bertahun-tahun.
Selendang itu diberikan kepada Louhelainen oleh Edwards, seorang “detektif kursi” yang memproklamirkan diri dan penulis “Naming Jack the Ripper,” yang membelinya di lelang pada 2007.
“Saya punya satu-satunya bukti forensik dalam seluruh sejarah kasus ini,” kata para peneliti kepada the guardian. “Saya telah menghabiskan 14 tahun mengerjakannya, dan kami telah memecahkan misteri siapa Jack the Ripper secara definitif.” tegas sumber tersebut.