Jakarta, satunusanet.com – Dalam pidato pertamanya pertamanya di Kanada Paus Fransiskus menyatakan permintaan maaf kepada penduduk asli dan penyintas sekolah pribumi atas kejahatan dan ketikdakadilan akibat berbagai kepentingan politik, temasuk peran gereja Katolik.
“Saya sangat menyesal,” kata Paus di halaman bekas sekolah asrama di Maskwacis, dekat Edmonton
Ia mengatakan permintaan maafnya adalah langkah pertama, dan menyerukan “penyelidikan serius” terhadap pelanggaran yang telah dilakukan untuk membantu para penyintas dan keluarganya untuk pulih.
Paus berada di Kanada untuk meminta maaf atas peran Gereja Katolik di sekolah asrama yang merupakan kejahatan tercela dimana mengasimilasi anak-anak pribumi secara paksa.
Salah satu bekas sekolah asrama yang terbesar, Ermineskin Residential School merupakan lawatan pertama Paus hingga 30 Juli. Paus sendiri menyebut kunjungannya sebagai “sebuah ziarah penitensi”.
Sekolah-sekolah yang didanai pemerintah adalah bagian dari kebijakan yang dimaksudkan untuk menghancurkan budaya dan bahasa asli.
“Dengan rasa malu dan tanpa ragu, saya dengan rendah hati memohon pengampunan atas kejahatan yang dilakukan oleh begitu banyak anggota Gereja Katolik Roma yang mengelola dan mengoperasikan sebagian besar sekolah asrama di Kanada,” kata Psus Fransiskus, yang menggunakan kursi roda.
Setiap kali Paus Fransiskus mengatakan menyesal atau meminta maaf dan mengutuk kebijakan untuk mengapus budaya asli disambut dengan tepuk tangan dari warga dan penyintas. Beberapa di antaranya melakukan perjalanan jauh untuk mendengar pidato Paus.
Pemimpin Gereja Katolik Roma berusia 85 tahun itu menyebut sistem sekolah sebagai “kesalahan besar” dan memohon pengampunan atas kejahatan yang dilakukan gereja Katolik terhadap masyarakat adat.
Bruce Allan, salah satu warga yang hadir, kepada BCC mengatakan sangat emosional mendengar permintaan maaf Paus, namun banyak dari penyintas dan pemimpin adat menginginkan lebih dari sekadar pemintaan maaf.
Paus mengatakan dalam perjalanan ke Kanada turut membawa sepasang sepatu kecil Mokasin yang diberikan oleh delegasi pribumi saat mengunjunginya awal tahun ini di Vatikan.
Sepatu mokasin adalah sepatu tradisional yang berasal dari Amerika, yang dikembalikan Paus sebagai simbol untuk anak-anak yang tinggal di sekolah asrama dan tidak pernah pulang.
Paus mengungkapkan sepatu mokasin juga berbicara pada kita jalan yang harus dilalui yaitu keadilan, penyembuhan dan rekonsiliasi.
Pidato Paus yang pertama di Kanada Muskwa Park dihadiri oleh warga First Nation, Metis dan Inuit dan pemimpin adat. Selain itu juga hadir Perdana Menteri Justin Trudeau dan Mary Simon, orang pribumi pertama yang menjabat sebagai gubernur jenderal di negara itu.
Sebelum pidato di Muskwa Park, Paus bertemu secara pribadi dengan pemimpin gereja lokal dan berdoa pribadi di Pemakaman Ermineskin Cree Nation, yang merupakan kuburan anak-anak yang tidak bertanda di sekolah asrama.
Setelah Paus berbicara, Pemimpin adat menempatkan hiasan kepala tradisional dari bulu elang yang diiringi dengan lagu kehormatan Cree.
Banyak yang menyerukan agar Paus meminta maaf atas peran Gereja Katolik Roma saat mengelola 70% sekolah asrama untuk pemerintah Kanada.
Dari tahun 1870 hingga 1996, pemerintah Kanada mengirim sekitar 150.000 anak-anak First Nations, Métis dan Inuit dipisahkan dari keluarga, bahasa dan budaya mereka dan di bawa ke sekolah asrama yang dijalankan oleh Gereja Katolik.
Tahun lalu, ditemukan kerangka 215 ana-anak di bekas sekolah asrama di British Columbia. Sejak itu, dugaan kerangka ratusan anak lainnya telah terdeteksi di bekas sekolah-sekolah lainnya di Kanada.