Banjarmasin, satunusanet.com – Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Aliansi Relawan Perguruan Tinggi Anti Narkoba (Artipena) Prof Sutarto Hadi menggelorakan penyelamatan satu juta lebih pelajar terjerat narkoba.
“Ini data Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menyebut 22 persen dari 5 juta pengguna narkoba adalah pelajar, maka kita harus selamatkan kelompok remaja termasuk mahasiswa ini agar bisa sembuh,” kata dia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (17/07/2022).
Menurut Sutarto, bagi mereka yang terlanjur terpapar harus segera disembuhkan dengan mengikuti program rehabilitasi sebagaimana digaungkan BNN.
Sementara mereka yang masih terbebas agar dikawal betul dengan upaya pencegahan sehingga tidak sampai terjerumus ikut menggunakan narkoba.
“Saya mendorong perguruan tinggi bisa menggelar tes urine secara berkala bagi civitas akademica sebagai upaya deteksi dini untuk selanjutnya dilakukan pembinaan terhadap yang positif menggunakan narkoba,” jelasnya.
Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu menyebut Artipena sudah memiliki 80 pengurus wilayah di seluruh Indonesia dan akan terus meningkatkan serta membangun kerja sama yang baik antara perguruan tinggi dan BNNP di seluruh Indonesia.
Diungkapkannya pula, Artipena telah mendapat dukungan dan pengakuan dari pemerintah. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Riset, dan Teknologi Prof Nizam telah melantik secara langsung DPP Artipena periode 2022-2025 sebagai bentuk dukungannya.
Dia berharap sinergi yang baik bersama pemerintah, maka program yang digagas dapat secara efektif mendukung program pencegahan pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap narkoba (P4GN) yang dikomando BNN.
“Insya Allah Artipena segera melaksanakan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama dengan Komisi X DPR RI. Kami akan memberikan pemaparan terkait urgensi peran daerah dalam penanganan penyalahgunaan narkoba serta program-program strategis yang disusun DPP dan DPD Artipena,” jelas Sutarto yang baru-baru ini melantik Ketua DPD Artipena Provinsi Aceh periode 2022-2025 di aula Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kondisi memprihatinkan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab BNN, aparat, atau lembaga pendidikan. Para orangtua dan masyarakat pun perlu memberikan perhatian khusus terhadap realitas sosiali ini, degan menyelamatkan kaum pelajar dan mahasiswa.