Jakarta, satunusanet.com – Masyarakat diimbau lebih waspada. Pasalnya COVID-19 BA.4 dan BA.5 lebih menular, dibandingkan Omicron yang sebelumnya merebak. Dunia bahkan tengah berjibaku dengan merebaknya virus jenis ini. Beberapa wilayah di Asia, khususnya China, telah menutup sebagian tempat-tempat hiburan dan restoran, untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 yang kembali mengganas.
Pemerintah Indonesia, juga tengah bersiaga menghadapi penyebaran virus. Gerakan vaksi booster terus digencarkan, dan edukasi penanganannya pun, terus dilakukan. Dengan demkian, diharapkan masyarakat lebih waspada terhadap kondisi yang bakal terjadi.
Ahli Virologi Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan Covid-19 varian Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan lebih menular dibandingkan Omicron subvarian sebelumnya. Kesimpulan tersebut didapatkan berdasarkan penelitian yang dia lakukan terhadap ciri molekuler dari subvarian BA.4 dan BA.5.
“Kemungkinan memang virus BA.4, BA.5 ini lebih mudah menular dibandingkan dengan Omicron,” kata Mahardika dalam acara Talkshow “Optimalisasi 3T: Upaya Bendung Gelombang Baru”, yang diikuti di Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Namun, ia mengatakan, varian Omicron memiliki risiko gejala yang lebih ringan dibandingkan varian Delta. “Sudah terbukti bahwa Omicron itu memang trennya itu adalah lebih ringan dibandingkan dengan Delta, kecuali pada mereka yang lansia dan komorbid,” kata Guru Besar Universitas Udayana ini.
Mahardika mengatakan, masyarakat yang sudah memiliki antibodi dari vaksin Covid-19 atau pernah terpapar Covid-19 kemungkinan besar mampu mencegah dirinya terpapar subvarian BA.4 dan BA.5. “Antibodi alami oleh Omicron maupun oleh vaksin, itu mestinya efektif terhadap BA.4 dan BA.5 ini,” katanya.
Kendati demikian, masyarakat diminta tetap menjaga diri karena orang yang sudah divaksinasi ataupun sudah sembuh dari Covid-19 masih bisa tertular dan menjadi sumber penularan bagi orang lain. Dia meminta masyarakat tidak perlu khawatir tetapi tetap waspada karena kenaikan jumlah kasus dapat berakibat meningkatnya keterisian rumah sakit.
“Mestinya tidak perlu membuat kita khawatir, tapi tentu, semakin banyak kasus, maka peluangnya semakin banyak orang yang perlu rumah sakit,” katanya.