Rekomendasi G20: Teknologi Percepat Pemulihan Ekonomi Selama Pandemi

Jakarta, satunusanet.com – Salah satu rekomendasi Pertemuan G20 yang dihadiri negara-negara dunia, menyatakan bahwa penggunaan teknologi mempercepat pemilihan ekonomi pascapandemi. Seruan bersama ini sebagai pengamatan selama dua tahun belakangan ini dimana pandemi virus corona yang menyarang dunia, memicu tiap negara untuk memanfaatkan penggunaan teknologi, termasuk di Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam wawancara khusus beberapa waktu lalu mengatakan bahwa salah satu dampak pandemi adalah dunia dapat melihat bagaimana pemanfaatan teknologi digital untuk membantu di aspek kesehatan.

Contoh paling nyata pemanfaatan teknologi dalam merespons pandemi adalah aplikasi PeduliLindungi yang dikelola pemerintah. PeduliLindungi bermula sebagai alat untuk melacak sebaran COVID-19 di masyarakat.

Pada perkembangannya, platform tersebut berkembang ibarat layanan terpadu satu atap (one stop service) untuk menanggulangi pandemi. Selain pelacakan, PeduliLindungi juga berfungsi sebagai alat pendataan vaksinasi dan penyebaran informasi terkini soal regulasi perjalanan selama masa pandemi.

“Saya kira untuk Indonesia, ya Indonesia, negara-negara G20, para pemimpin itu sudah mengetahui bahwa melalui pemanfaatan teknologi digital, Indonesia termasuk berhasil untuk menjaga dan mengendalikan COVID-19,” kata Johnny.

Jika ditarik lagi, pemanfaatan teknologi digital di Indonesia sebenarnya tidak terjadi karena pandemi, namun, krisis kesehatan ini memicu adopsi teknologi lebih cepat. Jauh sebelum pandemi, pemerintah melalui Kementerian Kominfo berupaya membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi supaya akses internet meluas sehingga lebih banyak lagi wilayah dan masyarakat yang bisa menggunakan teknologi digital.

“Pada saat kita sedang melakukan penggelaran infrastruktur TIK, muncul COVID19. Ini kan waktu bersamaan sehingga kita lakukan akselerasi,” kata Johnny.

Salah satu contoh percepatan pembangunan yang dilakukan Kominfo ada membangun infrastruktur TIK bagi 3.200an pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), yang sebelumnya tidak ada akses internet, dalam tiga bulan pada 2020.

Baca Juga  W20 Summit : Pandemi Covid-19 Berdampak Buruk pada Pekerja Perempuan

Jika dilakukan menurut jadwal awal, menurut Johnny, perlu waktu sekitar tujuh tahun untuk menyelesaikan akses internet bagi ribuan titik layanan kesehatan di Indonesia.

Kominfo menggunakan teknologi satelit untuk mengaliri titik-titik tersebut dengan internet.

Dampak keberadaan internet di layanan kesehatan salah satunya adalah pendataan untuk program vaksinasi COVID-19.

“Tiga bulan ini membantu Indonesia menyelesaikan pandemi COVID-19 melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga vaksinasi, pendataan rumah sakit, pendataan obat-obatan, sebaran COVID-19 di kabupaten, desa, kecamatan, sampai tingkat Puskesmas bisa dimonitor dengan baik melalui aplikasi surveilans yang kita kenal dengan PeduliLindungi,” kata Johnny.

Digitalisasi layanan kesehatan
Pandemi memang mendorong segala layanan publik untuk dapat beralih pada teknologi digital termasuk layanan kesehatan. Layanan kesehatan dari jarak jauh, diyakini bisa menjadi solusi untuk mempermudah akses layanan kesehatan di kota tingkat dua dan tiga di Indonesia.

“Pada prinsipnya, transformasi digital di bidang kesehatan ini merupakan kebutuhan masyarakat secara global dan Indonesia sangat beruntung memiliki ekosistem teknologi yang kuat, sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam mendukung dan mendekatkan akses layanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk di daerah,” kata Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia, dr. Moh. Adib Khumaidi saat acara Digitalisasi Nusantara Expo and Summit 2022.

Aktivitas masyarakat sejak dua tahun belakangan terbatas akibat pandemi. Teknologi kesehatan dipandang bisa menjadi solusi agar masyarakat bisa mendapat layanan kesehatan secara dalam jaringan, misalnya konsultasi dari jarak jauh.

Selain menawarkan konsultasi dengan dokter dari jarak jauh, layanan kesehatan digital yang terintegrasi dengan apotek juga membantu akses layanan kesehatan kota tingkat dua dan tiga.

Ketua Ikatan Apoteker Indonesia, Apt. Drs Nurul Falah Eddy Pariang mengatakan sinergi apotek dengan layanan kesehatan digital bisa memberikan akses kepada layanan kesehatan yang berkualitas.

Baca Juga  Ford Tarik 100 Ribu Mobil Hybrid Karena Risiko Kebakaran

Perluasan pemanfaatan layanan kesehatan digital hingga ke daerah juga menjadi salah satu wujud komitmen pemerintah dalam percepatan proses transformasi digital di layanan kesehatan Indonesia.

Manfaat ekonomi
Penggunaan teknologi digital selama masa pandemi terbukti tidak hanya membantu layanan kesehatan, tapi, juga ekonomi digital. Berbagai survei menunjukkan bahwa bisnis, terutama usaha mikro, kecil dan menengah, mampu bertahan ketika diterpa pandemi ketika mereka terhubung ke ekosistem digital.

Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menunjukkan 80 persen UMKM yang terhubung ke ekosistem digital memiliki daya tahan lebih baik selama pandemi.

Akibat adopsi teknologi digital, ekonomi digital di Indonesia tumbuh semakin besar, nilainya diperkirakan mencapai 70 miliar dolar Amerika Serikat pada 2021, hampir separuh (40 persen) dari ekonomi digital di Asia Tenggara.

Pada 2025, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan senilai 146 miliar dolar Amerika Serikat. Nilainya diprediksi naik menjadi 315 dolar AS pada 2030.

“Jadi, pertumbuhan ekonomi digital kita begitu besarnya, sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur TIK yang digelar secara merata di seluruh Indonesia dan juga talenta digital,” kata Johnny.

Seperti asam dengan garam, infrastruktur TIK, pemanfaatan teknologi, ekonomi digital dan talenta digital tidak bisa dipisahkan. Mereka adalah satu kesatuan supaya Indonesia bisa memetik manfaat positif dari teknologi.

Dalam waktu yang bersamaan, Kementerian Kominfo membangun infrastruktur TIK supaya lebih merata dan menyiapkan talenta digital Indonesia agar bisa menggunakan teknologi.

Pembangunan infrastruktur TIK sudah berlangsung sejak beberapa tahun belakangan, contohnya pada 2019, Indonesia menyelesaikan pembangunan tiga paket Palapa Ring, jaringan tulang punggung infrastruktur TIK berupa penggelaran kabel serat optik.

Pada lapisan kedua atau middle mile, Indonesia membangun fiber link, microwave link dan satelit untuk menghubungkan wilayah yang tidak terjangkau kabel serat optik, baik di darat maupun laut.

Baca Juga  BNPT Dukung Keamanan Siber dalam KTT G20 di Bali

Pemerintah setidaknya sedang menyiapkan dua satelit multifungsi masing-masing berkapasitas 150GB, yaitu SATRIA-1 dan satu satelit cadangan. Teknologi ini akan digunakan untuk mengaliri fasilitas publik dengan internet.

Pembangunan seluruh infrastruktur ini bertujuan agar seluruh masyarakat yang tinggal di berbagai wilayah di Indonesia bisa terhubung ke jaringan 4G. Jaringan tersebut saat ini menjadi yang utama pada telekomunikasi Indonesia, namun, tidak menutup adopsi teknologi terbaru.

Sambil meratakan jaringan 4G, Indonesia secara bertahap juga mengadopsi jaringan terbaru yaitu 5G, yang saat ini penggunaannya masih terbatas.

Pada tingkat hilir, Kementerian menitikberatkan pembangunan pada kesiapan masyarakat menggunakan teknologi digital. Dalam hal ini, Kominfo mengadakan pelatihan mulai dari tingkat dasar dengan kegiatan literasi digital, menengah dengan beasiswa pelatihan untuk lulusan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, dan tingkat lanjutan untuk para pengambil kebijakan.

“Supaya hilirisasi teknologi digital bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan ekonomi digital kita juga tumbuh pesat,” kata Johnny.

Penggunaan teknologi digital untuk bangkit dari pandemi adalah turunan dari pembahasan tiga isu prioritas yang diusung Presidensi G20 Indonesia, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan ekonomi, serta transisi energi berkelanjutan.

Share :