Jakarta, satunusanet.com – Belakangan ini aksi manuver politik dan ajakan koalisi antarpartai kian gencar dilakukan. Maklum, tahun politik makin dekat. Ditambah lagi Pemerintahan sekarang, harus menyudahi masa kepemimpinan, hingga sudah pasti Indonesia bakal memilih pemimpin baru di tahun 2024 mendatang.
Lembaga survei pun sibuk menayangkan hasil-hasil pooling, dengan ‘menjodohkan’ seorang tokoh politik yang disandingkan dengan politikus partai lainnya.
Salah satu yang menarik adalah, coba menyandingkan antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat. Kemungkinan pasangan ini berjodoh, diprediksi sangat sulit. Dan hal ini pun diyakini Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristyanto. Ia mengatakan kalau mengatakan, dinamika politik membuat kedua partai sulit berkoalisi. Ia menyebut PDIP adalah partai yang memegang komitmen dalam sebuah kerja sama. Hasto pun menyinggung pihak yang pernah menusuk PDIP dan Megawati Soekarnoputri jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 silam. Namun, Hasto tak menyebut pihak yang telah mengkhianati partainya.
Sudah menjadi rahasia umum, Megawati terlibat ‘perang dingin’ dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sejak 2003 lalu. Saat itu SBY menjabat Menko Polhukam di kabinet Megawati.
Dikutip dari buku Tjipta Lesmana Dari Soekarno Sampai SBY Intrik & Lobi Politik Para Penguasa (2008), terungkap bahwa jejak panas dingin hubungan Mega dan SBY dimulai pada 2003 atau setahun jelang Pilpres 2004. Megawati telah menutup komunikasi dengan mantan menterinya itu usai SBY diketahui melakukan gerakan politik selama menjadi Menko Polhukam.
Ketum PDIP itu mencium gelagat SBY berhasrat maju di Pilpres 2004. SBY pun mengundurkan diri sebagai menteri pada Maret 2004. Ia kemudian mulai berkampanye lewat Partai Demokrat Sejak saat itu, Megawati tak menjalin komunikasi dengan SBY. Saat debat capres 2004 pun, kata Tjipta, Megawati meminta panitia penyelenggara agar tak ada jabat tangan sesama capres. Hasil Pilpres memenangkan SBY yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla. Megawati juga tidak hadir saat pelantikan dan sumpah jabatan presiden dan wakil presiden.
Kisah yang terungkap tersebut, memberikan alasan bahwa, PDIP bakal sulit berjodoh dengan PD untuk mencapai kesepakatan dalam ajang Pilpres di 2024 mendatang.